1.
Jelaskan
tahap pengembangan moral Lowrence Kohlberg
Berikut ini adalah tiga tingkat perkembangan moral
menurut Kohlberg (dalam Cahyono dan Suparyo, 1985:37-45), di mana masing-masing
tingkat memuat dua tahap perkembangan moral:
1). Tingkat
Prekonvensional
Pada tingkat pertama ini, anak
sangat tanggap terhadap norma-norma budaya, misalnya norma-norma baik atau
buruk, salah atau benar, dan sebagainya. Anak akan mengaitkan norma-norma
tersebut sesuai dengan akibat yang akan dihadapi atas tindakan yang dilakukan.
Anak juga menilai norma-norma tersebut berdasarkan kekuatan fisik dari yang
menerapkan norma-norma tersebut.
Pada tingkat prekonvensional ini
dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap Punishment and
Obedience Orientation
Pada tahap ini, secara umum anak
menganggap bahwa konsekuensi yang ditimbulkan dari suatu tindakan sangat
menentukan baik-buruknya suatu tindakan yang dilakukan, tanpa melihat sisi
manusianya. Tindakan-tindakan yang tidak diikuti dengan konsekuensi dari
tindakan tersebut, tidak dianggap sesuatu hal yang buruk.
b. Tahap Instrumental-Relativist
Orientation atau Hedonistic Orientation
Pada tahap ini, suatu tindakan
dikatakan benar apabila tindakan tersebut mampu memenuhi kebutuhan untuk diri
sendiri maupun orang lain. Tindakan yang tidak memberikan pemenuhan kebutuhan
baik untuk diri sendiri maupun orang lain dapat dianggap sebagai tindakan baik
selama tindakan tersebut tidak merugikan.
Pada tahap ini hubungan antar
manusia digambarkan sebagaimana hubungan yang berlangsung di pusat
perbelanjaan, di mana terdapat timbal balik dan sikap terus terang yang
menempati kedudukan yang cukup penting.
2). Tingkat
Konvensional
Pada tingkat perkembangan moral
konvensional, memenuhi harapan keluarga, kelompok, masyarakat, maupun bangsanya
merupakan suatu tindakan yang terpuji. Tindakan tersebut dilakukan tanpa harus
mengaitkan dengan konsekuensi yang muncul, namun dibutuhkan sikap dan loyalitas
yang sesuai dengan harapan-harapan pribadi dan tertib sosial yang berlaku.
Pada tingkat ini, usaha seseorang
untuk memperoleh, mendukung, dan mengakui keabsahan tertib sosial sangat
ditekankan, serta usaha aktif untuk menjalin hubungan positif antara diri
dengan orang lain maupun dengan kelompok di sekitarnya. Pada tingkat
konvensional ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap Interpersonal
Concordance atau Good-Boy/Good-Girl Orientation
Pandangan anak pada tahap ini,
tindakan yang bermoral adalah tindakan yang menyenangkan, membantu, atau
tindakan yang diakui dan diterima oleh orang lain. Anak biasanya akan
menyesuaikan diri dengan apa yang dimaksud tindakan bermoral. Moralitas suatu
tindakan diukur dari niat yang terkandung dalam tindakan tersebut. Jadi, setiap
anak akan berusaha untuk dapat menyenangkan orang lain.
b. Tahap Law and Order
Orientation
Pada tahap ini, pandangan anak
selalu mengarah pada otoritas, pemenuhan aturan-aturan, dan juga upaya untuk
memelihara tertib sosial. Tindakan bermoral dianggap sebagai tindakan yang
mengarah pada pemenuhan kewajiban, penghormatan terhadap suatu otoritas, dan
pemeliharaan tertib sosial yang diakui sebagai satu-satunya tertib sosial yang
ada.
3). Tingkat
Postkonvensional
Pada tingkat ketiga ini, terdapat
usaha dalam diri anak untuk menentukan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral
yang memiliki validitas yang diwujudkan tanpa harus mengaitkan dengan otoritas
kelompok maupun individu dan terlepas dari hubungan seseorang dengan kelompok.
Pada tingkat ketiga ini, di dalamnya mencakup dua tahap perkembangan moral,
yaitu:
a. Tahap Social-Contract, Legalistic Orientation
Tahap ini merupakan tahap kematangan
moral yang cukup tinggi. Pada tahap ini tindakan yang dianggap bermoral
merupakan tindakan-tindakan yang mampu merefleksikan hak-hak individu dan
memenuhi ukuran-ukuran yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh
masyarakat luas. Seseorang yang berada pada tahap ini menyadari perbedaan individu
dan pendapat. Oleh karena itu, tahap ini dianggap tahap yang memungkinkan
tercapainya musyawarah mufakat. Tahap ini sangat memungkinkan seseorang melihat
benar dan salah sebagai suatu hal yang berkaitan dengan nilai-nilai dan
pendapat pribadi seseorang. Pada tahap ini, hukum atau aturan juga dapat
dirubah jika dipandang hal tersebut lebih baik bagi masyarakat.
b. Tahap
Orientation of Universal Ethical Principles
Pada tahap yang tertinggi ini, moral
dipandang benar tidak harus dibatasi oleh hukum atau aturan dari kelompok
sosial atau masyarakat. Namun, hal tersebut lebih dibatasi oleh kesadaran
manusia dengan dilandasi prinsip-prinsip etis. Prinsip-prinsip tersebut
dianggap jauh lebih baik, lebih luas dan abstrak dan bisa mencakup
prinsip-prinsip umum seperti keadilan, persamaan HAM, dan sebagainya.
2.
Apa yang
menentukan tingkat entisitas masalah etika?
Ada 4
tingkatan intensitas mengenai etika, yaitu :
a. Etika atau moral
pribadi yaitu yang memberikan teguran tentang baik atau buruk, yang sangat
tergantung kepada beberapa faktor antara lain pengaruh orang tua, keyakinan
agama, budaya, adat istiadat, dan pengalaman masa lalu.
b. Etika profesi, yaitu serangkaian norma atau aturan yang menuntun perilaku kalangan
profesi tertentu.
c. Etika
organisasi yaitu serangkaian aturan dan
norma yang bersifat formal dan tidak formal yang menuntun perilaku dan tindakan
anggota organisasi yang bersangkutan.
d. Etika sosial, yaitu norma-norma yang menuntun perilaku dan
tindakan anggota masyarakat agar keutuhan kelompok dan anggota masyarakat
selalu terjaga atau terpelihara.
3.
Jelaskan jenis-jenis penyimpangan
ditempat kerja!
Penyimpangan di
tempat kerja adalah perilaku tidak etis yang melanggar norma-norma organisasi
mengenai benar atau salah. Terdapat 4 jenis penyimpangan di tempat kerja,
antara lain:
a. Penyimpangan produksi
a. Penyimpangan produksi
Perilaku tidak etis dengan merusak
mutu dan jumlah hasil produksi. Misalnya: pulang lebih awal, beristirahat lebih
lama, sengaja bekerja lamban, sengaja membuang-buang sumber daya.
b. Penyimpangan hak milik.
Perilaku tidak etis terhadap harta
milik perusahaan. Misalnya: menyabot, mencuri atau merusak peralatan,
mengenakan tarif jasa yang lebih tinggi dan mengambil kelebihannya,
menipu jumlah jam kerja, mencuri dari perusahaan lain.
c. Penyimpangan politik
Yaitu menggunakan pengaruh seseorang
untuk merugikan orang lain dalam perusahaan. Misalnya: mengambil keputusan
berdasarkan pilih kasih dan bukan kinerja, menyebarkan kabar burung tentang
rekan kerja, menuduh orang lain atas kesalahan yang tidak dibuat.
d. Penyerangan pribadi
Merupakan sikap bermusuhan atau
perilaku menyerang terhadap orang lain. Seperti: pelecehan seksual, perkataan
kasar, mencuri dari rekan kerja, mengancam rekan kerja secara pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar